NARASI KEBAHAN SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK PADA MASYARAKAT NANGA PINOH, MELAWI

Abstract

Narasi selalu ada menyertai kehidupan masyarakat, membentuk gambaran mengenai banyak hal tentang mereka. Narasi dapat menggambarkan bagaimana pikiran, harapan dan prilaku masyarakat, langsung atau tidak langsung. Narasi yang ditampilkan melalui bahasa memiliki kekuatan lebih untuk memvisualisasi kekayaan budaya penggunanya. Kehadiran istilah tertentu dalam bahasa masyarakat tertentu menunjukkan kekayaan penggunanya. Oleh karena itu, bahasa sering dilihat sebagai jendela untuk melihat sesuatu yang terdapat dalam komunitas pengguna.Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana narasi melalui kehadiran istilah tertentu pada suku Kebahan, Melawi, yang terkait resolusi konflik. Data yang diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi di Nanga Pinoh dan sekitarnya, pada Oktober 2017, menunjukkan bahwa penutur Kebahan memiliki istilah dan narasi tentang hidup rukun. Konsep Kebahan Penyelopat, ngawa’, kritik Kerampak Kebahan, dan lain-lain, merupakan contoh bagaimana mereka mengingatkan diri tentang peran dan kedudukan mereka sebagai penyeimbang dalam masyarakat majemuk. Posisi ini terus dikukuhkan melalui pengukuhan identitas Kebahan dan penanaman kesadaran bahwa Kebahan dapat merangkul orang yang berbeda agama (Islam dan Katolik) karena mereka dapat "masuk" ke dalam suku-suku tersebut.