METODE “PEMBACAAN” AL-QUR'AN (Telaah Atas Pemikiran Mohammed Arkoun)

Abstract

Kajian Islam mengalami perkembangan yang pesat. Banyak universitas Barat yang telah membuka departemen khusus mengkaji Islam (Islamic Studies). Fenomena ini seiring dengan maraknya intelektual muslim yang memiliki kemampuan andal. Mohammed Arkoun, seorang scholar muslim yang memiliki tradisi yang cukup luas, yaitu: Berber, mewakili sinkretisme Islam dan budaya setempat Timur Tengah, kemudian Arab, mewakili tradisi Islam secara umum, dan Barat (Perancis). Melalui dekonstruksi wacana Islam, Arkoun dapat memikirkan kembali Islam secara jernih. Membongkar bangunan wacana ilmu pengetahuan mapan untuk mencari hal-hal yang tidak dipikirkan (1'impense) dan tak mungkin dipikirkan (1'impensable). Pembentukan wacana pengetahuan Islam dimulai dari Allah disampaikan kepada Nabi Muhammad hingga sekarang mengalami pelapisan-pelapisan. Allah menyampaikan pengetahuan kepada Nabi Muhammad, pengetahuan Muhammad ditransmisikan kepada para sahabat, dan dari para sahabat kepada tabi'in, kemudian dari tabi'in kepada tabi'in hingga sampai kepada kita semua. Dalam proses transmisi wacana pengetahuan ini tidak mustahil terjadi distorsi, penambahan dan pembekuan ajaran. Akhirnya, kita sudah tidak dapat lagi membedakan apakah itu unsur Islam, budaya, atau politik. Baik budaya, politik, agama, dan bahkan ideologi bercampur baur menjadi satu semacam lapisan arkeologis Islam. Melalui teori dekonstruksi teks ini diharapkan akan terkuak dan terbongkar kerangka Islam. kerangka Islam inilah yang dapat melihat dan membedakan mana yang Islam dan mana yang bukan unsur Islam. Selain itu, dengan dekonstruksi teks kita juga dapat memasukkan hal-hal yang belum dipikirkan dan hal-hal yang tidak mungkin atau dilarang dipikirkan ke dalam IslamKata Kunci: dekonstruksi, Al-Qur‟an, Mohammed Arkoun.