Egalitarian Laki-Laki dan Perempuan dalam Keluarga Islam; antara Idealitas dan Realitas
Abstract
Islam sebagai agama pamungkas dan penyempurna meletakan asas keadilandan mu’asyarah bil ma’ruf dalam hubungan suami istri, hubungan untuksaling melindungi satu terhadap lainnya. Hubungan ideal tersebut dalamrealitasnya tidak seideal apa yang digariskan wahyu. Kekuasaan laki-laki atasperempuan dijadikan alasan masyarakat patriarkhi untuk memarginalkanperan perempuan dan memetakan gerakan mereka hanya dalam sektordomestik. Tulisan ini hendak menggarisbawahi kedudukan laki-laki danperempuan (baca; suami dan istri) dalam Islam sesungguhnya egaliter dalamkeluarga, khususnya dalam pendidikan anak. Penafisiran atas ayat-ayat AlQur’an dan Hadist Nabi lebih cenderung misoginis dan underestimateterhadap perempuan. Kegagalan dan kemandekan perjuangan untukmengedepankan kesetaraan laki-laki dan perempuan berasal dari sumbersumberpenafsiran yang bersifat patriarkal. Sumber-sumber dasar Islam yangutama yakni Al-Qur’an dan sunnah, kepustakaan hadits dan fiqh hanyaditafsirkan oleh laki-laki muslim yang tidak bersedia mendefisikan statusontologis, teologis, sosiologis, dan eskatologis perempuan muslim, dan olehkarenanya bias gender. Pembagian peran produksi dan reproduksi antara lakilakidan perempuan sesungguhnya demi sebuah keseimbangan, Saatperempuan memenuhi fungsi reproduksi hamil, melahirkan, menyusui makalaki-laki harus mencari nafkah memenuhi fungsi produksinya. Pembagianperan ini bukan sesuatu yang mutlak dengan mengharuskan perempuanberada dalam ranah reproduksinya atau bahkan laki-laki tidak menyentuhaspek reproduksi perempuan.Kata Kunci : Egalitarian, Gender, Patriarkhi, Peran laki-laki danperempuan, Pendidikan anak