HUBUNGAN PERFEKSIONISME DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA SISWA AKSELERASI

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perfeksionisme dengan kesejahteraan psikologis pada siswa akselerasi di SMAN 1 dan 7 Banjarmasin. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif, dengan menggunakan teknik sampling jenuh dalam pengambilan sampel. Subjek penelitian adalah siswa akselerasi di SMAN 1 dan SMAN 7 Banjarmasin sebanyak 35 orang. Instrumen yang digunakan adalah Skala Perfeksionisme dan Skala Kesejahteraan Psikologis. Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson Product Moment diketahui r = 0, 587, yang berarti bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara perfeksionisme dengan kesejahteraan psikologis pada siswa akselerasi di SMAN 1 dan 7 Banjarmasin. Sumbangan efektif perfeksionisme terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa akselerasi sebesar 34,5%, sedangkan 65,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar perfeksionisme. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi perfeksionisme maka akan semakin baik kesejahteraan psikologis pada siswa akselerasi, sehingga hasil penelitian ini kurang sesuai dengan asumsi awal penelitian yang mengajukan bahwa kemungkinan terdapat hubungan negatif antara perfeksionisme dengan kesejahteraan psikologis pada siswa akselerasi di SMAN 1 dan 7 Banjarmasin. Kata Kunci: Perfeksionisme, Kesejahteraan Psikologis, Siswa Akselerasi The objective of this study was to find out the relationship between perfectionism and psychological well-being of accelerated students at SMAN 1 and 7 Banjarmasin. The study used a quantitative research method, using saturation sampling techniques. The subjects were 35 accelerated students of SMAN 1 and 7 Banjarmasin while the instruments were Perfectionism Scale and Psychological Wellbeing Scale. The results of Pearson Product Moment Correlation analysis showed that r = 0.587, which indicated that there was a significant positive relationship between perfectionism and psychological well-being of accelerated student at SMAN 1 and 7 Banjarmasin. The effective contribution of perfectionism to the accelerated students' psychological well being was 34.5 %, while 65.5 % was influenced by other factors other than perfectionism. Based on the results, it can be concluded that the higher the perfectionism, the better the psychological well-being of the accelerated students; therefore, the results were less consistent with the initial assumption suggesting that there might be a negative relationship between perfectionism and psychological well-being of the accelerated students at SMAN 1 and 7 Banjarmasin. Keywords: Perfectionism, Psychological Well-being, Accelerated Student