THE POWER HEADSCARF: Emancipatory Possibilities of a New Headscarf Style for Young Dutch Muslim Women

Abstract

The increasing number of Muslims in Europe gave rise to a hijaber phenomenon that no longer fears to show a religious identity by using hijab. However, conditions that are still less support actually positioned these hijabers in situations that are less comfortable. Discriminatory treatment is still often they receive only because they are veiled, both from family and from the surrounding environment, especially the rejection received by the converts. This rejection of hijab is primarily due to the phenomenon of Islamophobia that infects almost all countries in the world, including in Europe. This paper aims to capture the discrimination and discriminatory treatment experienced by the hijabers in the Netherlands as well as the real effort they are undertaking to respond to this challenge, one of their efforts is to innovate models and creations of hijab, so that hijab is no longer the reason for the treatment Discriminatory against them.---Meningkatnya jumlah pemeluk Islam di Eropa memunculkan fenomena hijaber yang tidak lagi merasa takut untuk menunjukkan identitas keberagamaan dengan menggunakan hijab. Namun, kondisi yang masih kurang mendukung justru memposisikan para hijaber ini dalam situasi yang kurang nyaman. Perlakuan yang diskriminatif masih sering mereka terima hanya karena mereka berhijab, baik dari keluarga maupun dari lingkungan sekitar, terutama penolakan yang diterima para muallaf. Penolakan terhadap hijab ini terutama disebabkan oleh fenomena islamopobia yang menjangkiti hampir seluruh negara di dunia, termasuk di Eropa. Tulisan ini bertujuan untuk memotret penolakan dan perlakuan diskriminatif yang dialami oleh para hijaber di Belanda serta usaha nyata yang mereka lakukan untuk menjawab tantangan ini, salah satu usaha yang mereka lakukan adalah dengan inovasi berbagai model dan kreasi hijab, sehingga hijab tidak lagi menjadi alasan atas perlakuan diskriminatif terhadap mereka.