REKONSTRUKSI AL-ISLAM-KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH SEBAGAI PRAKSIS PENDIDIKAN NILAI

Abstract

AbstractOne of the peculiarities marker at the higher education of Muhammadiyah is providing the education of al Islam and Kemuhammadiyahan (AIK). In the curriculum of the higher education of Muhammadiyah there is a provision that AIK is a compulsory subject, a kind of Islamic religious education must be given in public higher education. However, AIK has a weight of credits and hours of study which is greater than the Islamic religious education at public higher education, which weighs 2 credits and given only one time in one semester, while AIK has a weight of 4-8 credits are given for four semesters. Taking into account the position of the AIK, this paper want elaborate AIK as the praxis of value education. This paper is based on a descriptive study of a number of documents relating to AIK generated by Muhammadiyah and University of Muhammadiyah Malang, one of higher education of Muhammadiyah that serve as an example the case of the development of AIK. At the end of this paper, the authors recommend about the importance of value ducation as a paradigm in developing AIK.AbstrakSalah satu penanda kekhasan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah penyelenggaraan pendidikan al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Pada kurikulum Perguruan Tinggi Mu­ham­madiyah terdapat ketentuan bahwa AIK merupakan materi wajib, semacam pendidikan agama Islam yang wajib diberikan di pendidikan tinggi umum. Namun demikian, AIK memiliki bobot kredit dan jam studi yang lebih besar dari pada pendidikan agama Islam di perguruan tinggi umum, yang berbobot 2 sks dan diberikan hanya satu kali dalam satu semester, sementara AIK memiliki bobot 4-8 sks yang diberikan selama empat semester. Dengan mempertimbangkan posisi AIK tersebut, tulisan ini hendak meng­elaborasi AIK sebagai praksis pendidikan nilai. Tulisan ini didasarkan pada riset deskriptif terhadap sejumlah dokumen yang berkaitan dengan AIK yang dihasilkan oleh Muhammadiyah dan Universitas Muhammadiyah Malang, salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang dijadikan sebagai contoh kasus pengembangan AIK. Pada bagian akhir tulisan ini, penulis merekomendasikan tentang pentingnya pendidikan nilai sebagai paradigma dalam mengembangkan AIK.