Implikasi Psiko-Sosio-Religius Tradisi Nyadran Warga Kedung Ombo Zaman Orde Baru
Abstract
AbstrakNyadran merupakan salah satu bentuk ritual sosial keagamaan masyarakat (khususnya) Jawa, biasa dilakukan menjelang bulan Ramadhan. Nyadran sebagai sebuah peristiwa sejarah yang menjadi tradisi, memiliki makna filosofis yang sangat beragam bagi masing-masing komunitas warga masyarakat. Variasi pemaknaan nyadran tergantung dari mana orang memahaminya. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis implikasi psiko-sosio-religius tradisi nyadran warga Kedung Ombo zaman Orde Baru dalam tinjauan filsafat sejarah pragmatis. Penggunaan filsafat sejarah pragmatis berupaya menggali nilai-nilai moral sejarah yang meliputi perubahan, perkembangan, dan kemajuan nilai moral peristiwa sejarah. Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh, maka penulis mempergunakan metode induktif. Data diperoleh melalui wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan kerangka kerja filsafat sejarah pragmatis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, a) Praktik nyadran warga Kedung Ombo baru dilakukan pada masa orde baru tahun 1987, sebagai reaksi atas pembangunan Waduk Kedung Ombo; b) Nyadran bagi warga sekitar Waduk Kedung Ombo memiliki implikasi psikologis berupa respon emosional positif dalam bentuk penerimaan, kesadaran, dan semangat bertahan hidup menghadapi bencana kelaparan; c) Implikasi sosiologis tradisi nyadran memunculkan rasa solidaritas sosial sebagai wujud penghormatan kepada para leluhur; d) implikasi religius merupakan ungkapan rasa syukur atas karunia Tuhan.Keywords: Nyadran, filsafat sejarah pragmatis, implikasi psiko-sosio-religius