NEGERI SEJAHTERA ALA KONFUSIANISME MELALUI SELF CULTIVATION
Abstract
Dalam peta keagamaan di Indonesia, ada kecenderungan orang mengidentifikasi Konfusianisme hanya kepada filsafat Konfusius. Masalah mis-konsepsi semacam ini bukan saja pada suatu sisi akan menghambat sebagian orang untuk dapat memahami Konfusius secara komprehensif, pada sisi yang lain ia juga dapat mendistorsi nilai-nilai positif Konfusius dan menafikannya dalam proses pembangunan bangsa. Tulisan ini mengkaji ajaran Konfusianisme, baik sebagai agama maupun sebagai aliran filsafat. Sesungguhnya di dalam ajaran tersebut terkandung kearifan yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang adil dan makmur. Konfusianisme berangkat dari pemahaman antropocentris, di mana manusia menjadi pusat alam semesta; manusia tidak bisa hidup sendiri, ia mesti berhubungan dengan manusia lain. Oleh karena itu, etika merupakan starting point untuk mencapai kebahagiaan sejati manusia tersebut. Dengan memposisikan manusia sebagai pusat pemikiran, Konfusianisme mengembangkan lima ajaran pokok yang harus ditempuh dalam mencapai kebahagiaan, ketentraman, dan kesejahteraan. Lima ajaran pokok tersebut pada gilirannya harus diimplementasikan dalam kehidupan nyata dalam bentuk etika, baik individual maupun sosial.