STUDI KRITIS PEMIKIRAN NICO SYUKUR DISTER TENTANG PENGALAMAN KEAGAMAAN

Abstract

Studi agama dalam wacana intelektual Islam dapat dikatakan masih berjalan lambat. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan dunia Barat, di mana studi agama yang mereka lakukan tidak hanya dalam areal agama mereka sendiri tetapi telah merambah kepada wilayah agama di luar mereka. Artikel ini menelaah pemikiran Nico Syukur Dister tentang pengalaman keagamaan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pengalaman keagamaan manusia merupakan respon manusia terhadap sesuatu “Yang Maha Kuasa” terhadap alam dan itu dianggap sebagai yang kudus (sakral) sehingga manusia perlu untuk melakukan ‘ritus’ atau upacara keagamaan. Pada agama masyarakat kuno pengalaman agama dapat diterima dengan mudah, dimana mereka berasumsi bahwa pada setiap benda terdapat suatu yang mereka anggap adikodrati. Dalam masyarakat modern penerimaan pengalaman keagamaan lebih lambat karena rasionalitas mencurigai apa yang dianggap irrasional. Walaupun demikian, manusia modern tetap akan membutuhkan pengalaman keagamaan sebab keimanan mereka tanpa pengalaman keagamaan akan terasa hampa.