Etika Dakwah: Menyikapi Fenomena Da’i Bertarif
Abstract
Pada akhir tahun 1980-an seorang psikiater kondang Prof. Dr. H. Ayyub Sani Ibrahim menulis sebuah artikel di sebuah koran nasional berujudul “Da’i Berbulu Musang”. Artikel ini dimaksudkan untuk menasihati dan mengkritisi para da’i yang prilaku kesehariannya bertentangan dengan materi dakwah yang disampaikannya. Namun fenomena dai berbulu musang pada masa berikutnya justru kian bermunculan, bahkan lebih parah daripada sekadar da’i berbulu musang. Muncul oknum da’i yang berani memungut imbalan alias upah dari masyarakat yang didakwahinya. Alias Da’i Walakedu (jual ayat kejar duit).