MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING SUFISTIK UNTUK MENGEMBANGKAN PRIBADI YANG ‘ALIM DAN SALEH
Abstract
Banyak orang tua berharap agar anak turunnnya menjadi orang yang ‘alim dan saleh, untuk itu mereka memasukkan putra-putrinya ke sekolah-sekolah yang diyakini bisa memenuhi harapan tersebut. Namun dalam kenyataannya upaya itu tidak selalu sukses, ada yang sekedar menghabiskan waktu dan biaya untuk sekolah tetapi ilmunya tidak didapat dan perilakunya pun tidak bagus (tidak alim dan tidak saleh), ada yang mendapatkan ilmunya (alim) tetapi belum diaktualisasikan dalam perilaku (alim tetapi belum saleh), ada pula yang sudah memiliki ilmunya dan sudah bisa mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dalam perjalanan waktu tiba-tiba tergelincir dalam perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan agama, akibatnya ia menjadi orang yang tidak saleh. Pertanyaannya adalah apa yang salah dalam membimbing anak sehingga individu tidak bisa berkembang menjadi alim dan saleh. Tulisan ini difokuskan untuk mencari jawaban pertanyaan tentang apa yang bisa dilakukan orang tua dan atau guru dalam membimbing anak, agar menjadi cerdas dan sekaligus berkelakuan baik (alim dan saleh) sesuai kehendak Penciptanya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka ditelusuri cara-cara hidup kaum sufistik yang lebih sesuai dengan ajaran Islam, untuk selanjutnya dijadikan model konseling sufistik untuk pengembangan pribadi yang ‘alim dan saleh, yang disusun mendasarkan kelaziman model konseling, yaitu; latar belakang pentingnya model, pengertian, tujuan, prinsip-prinsip bimbingan, materi bimbingan, kualifikasi konselor, evaluasi dan tindak lanjut. . Dengan model ini diharapkan bisa dijadikan pegangan bagi guru dan atau orang tua dalam membimbing individu agar menjadi ‘alim dan saleh.