DECONSTRUCTING ANIMAL SACRIFICE (QURBAN) IN IDUL ADHA

Abstract

Kisah Ibrahim terlihat cukup mampu mengubah sejarah manusia. Hal ini tercermin seperti pada kepercayaan agama Yahudi, Kristen dan Islam. Kisah tersebut telah membentuk tradisi, nilai-nilai etika, dan pandangan tiga agama itu pada relasi sosial, dengan demikian hal tersebut juga telah mengayam realitas kehidupan. Dalam tradisi Islam, kisah Ibrahim diperingati tiap tahunnya pada Hari Raya Idul Adha. Tradisi ini dapat diamati dengan pelaksanaan kurban binatang dengan pembagian dagingnya sebagai pengingat pengorbanan Ibrahim dan Ismail. Namun, pada konteks Idul Adha tahun 2010 yang bersamaan dengan peristiwa musibah banjir di Wasior, Tsunami di Mentawai dan Letusan Merapi di Jawa, pertanyaannya menjadi akankah ritual yang sama tetap dilaksanakan? Aer Artikel ini bertujuan untuk menyuguhkan pembacaan alternatif terhadap praktik penyembelihan binatang pada perayaan Idul Adha. Meminjam dekonstruksi Derrida, penulis menegaskan pluralitas makna yang termaktub di dalam satu teks. Jika pluralitas ini dimungkinkan, maka bentuk-bentuk kurban yang lain di luar penyembelihan binatang menjadi hal yang perlu dipikirkan.Sesunggguhnya, implikasi dari praktik Islam terhadap ritual penyembelihan tidaklah pengaliran darah dan menyenangkan Tuhan dengan mengorbankan nyawa yang lain, namun lebih kepada penghidmatan kepada Tuhan atas keberlangsungan pengorbanan individu seperti harta kepemilikan dan kepunyaan kepada sesama manusia.