NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA TENONGAN NYADRAN SURAN DI DUSUN GIYANTI WONOSOBO
Abstract
Abstrak Di Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Wonosobo ada baragam kebudayaan, salah satunya adalah upacara nyadran. Nyadran menjadi rutinitas sebagian besar masyarakat setiap tahun pada bulan dan hari yang telah ditentukan. Upacara ini merupakan penghormatan kepada leluhur dan bisa juga menjadi bentuk syukuran massal. Dalam konteks Jawa, nilai sosial tradisi nyadran dikaitkan dengan upaya mempertahankan ingatan agar tidak lupa asal-usulnya. Leluhur Jawa punya wasiat bijak: manungsa aja lali wetone. Mula elinga marang wong-wong tuwa senajan wis padha swarga. Dalam kehidupan kemasyarakatan tradisi nyadran telah menggariskan prinsip-prinsip tradisi lokal dan ajaran Islam. Prinsip-prinsip tersebut antara lain rasa ukhuwah, kasih sayang, tolong menolong, amar ma’ruf nahi munkar dan kesamaan bahwa setiap manusia pasti akan kembali kepada sang Khaliq. Terlebih dalam tradisi Nyadran Suran Tenongan di dusun Giyanti, upacara tenongan dengan membawa berbagai makanan dan hasil bumi untuk ditukar dan dimakan bersama ribuan pengunjung merupakan bentuk pendidikan untuk saling berbagi kepada sesama sebagai unggkapan rasa syukur atas karunia Tuhan melalui alam. Selain itu prosesi ritual yang melibatkan bantuan berbagai pemeluk agama merupakan bentuk pendidikan moral bagi masyarakat. Mereka menjadi terbiasa hidup berdampingan dengan penganut iman yang berbeda, mereka bisa saling menghargai dan dapat hidup berdampingan dengan damai. Makna dari prinsip tradisi nyadran bagi masyarakat adalah adanya pendidikan kesalehan ritual, individu, dan sosial. Kata Kunci: Nilai, Pendidikan Islam, Tenongan Nyadran