Kedudukan Manusia di Dunia (Perspektif Filsafat Pendidikan Islam)

Abstract

Manusia memiliki daya-daya untuk melaksanakan fungsinya, baik sebagai ‘abdi (mu’abbid), khalifah fi al-ardh, maupun immarah fi al-ardh. Sebagai Mu’abbid, manusia dituntut tidak hanya semata-mata dalam konteks ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya, tetapi juga segala sesuatu aktivitas yang bernilai baik dalam kehidupannya yang dilakukan dengan tujuan pendekatan diri pada penciptanya, Tuhan. Baik sebagai mu’abbid, maupun sebagai khalifah dituntut untuk merefleksikan sifat-sifat Tuhan ke dalam dirinya dan menjadikan sifat-sifat itu aktual dalam berbagai tindakannya. Pengupayaan sifat-sifat Tuhan ini merupakan suatu keniscayaan dalam pembentukan humanitas manusia muslim sebagai potret dan lambang kebaikan dan kebajikan yang mesti selalu ditiru dan diupayakan agar nantinya menjadi sikap diri menuju aktualisasi diri. Ia bertugas untuk menata dunia sedemikian rupa sehingga dapat menjadikan manusia hidup sejahtera, damai, sentosa dan bahagia.Kata kunci: aktualisasi; Mu’abbid; kedudukan; potensi.