Masjid Pulo Kameng Akulturasi dan Toleransi Masyarakat Aceh
Abstract
abstrakPenelitian ini adalah penelitian sejarah, yang berusaha mengungkap Masjid kuno Pulo Kameng sebagai salah satu artefak penting peninggalan Islam di Aceh Selatan. Metode yang di-pakai adalah kuantitatif dengan model pendekatan historisarkeologis. Pendekatan ini diperlukan untuk mendeskripsikan sejarah dan struktur fisik bangunan masjid kuno Pulo Kemeng yang kaya dengan nilai filosofis. Hasil penelitian ini dihasilkan yaitu:Pertama, Masjid Pulo Kameng didirikan pertama kali pada masa kerajaan Teuku Kejruen Amansyah, pada tanggal 28 Ramadan 1285 H/12 Januari 1869 M. Pembangunan tersebut melibatkan beberapa kampung yaitu Kampung Paya, Kampung Purut, Kampung Kluet, Kampung Krueng Batu, Kampung Ruwak, dan Kampung Tinggi. Kedua, Arsitektur masjid mendapatkan pengaruh kebudayaan Cina dalam bentuk kubah berbentuk pagoda, Hindu-Budha dengan ciri atap tumpang, dan berakulturasi dengan tipe bangunan lokal. Hal ini menunjukkan bahwa secara filosofis masyarakat Aceh pada masa lalu toleran dan akomodatif dengan perbedaan etnis dan budaya.Kata Kunci: Sejarah, Akulturasi, Masjid Pulau Kameng, Aceh Selatan. abstractThis is an historcal study which discusses an ancient mosque Pulo Kameng as one of the important artifacts of Islamic heritages in South Aceh. It applies qualitative method with historical-archeological approach. The approach is necessary to describe history and physical architecture of the mosque Pulo Kameng which is richof philosophical values. The results are: firstly, Pulo Kameng Mosque was established in the period of Teuku Kejruen Amansyah, on the 28th of Ramadan 1285 H/12 January 1869 M. The process of the establishment involved several villages, they are Kampung Paya, Kampung Purut, Kampung Kluet, Kampung Batu Krueng, Kamoung Ruwak, and Kampung Tinggi. Secondly, the architecture of the mosque can be regarded as the picture of how the Acehnese tolerated and accomodated various ethnic and cultural differences due to the fact that the kubah (the top of the mosque) and he roof are characterized by various cultures: Chinese, Hinduism, Buddhist and the local ones. Keywords: History, Aculturation, Pulau Kameng Mosque, South Aceh.---------------------------------------------------------------------------------Tulisan ini pernah dipresentasikan pada acara “Seminar Rumah Ibadah Kuno”Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, di Hotel Bumi Wiyata Depok, 16-18 November2011.*