Media Massa dan Dampak Pemberitaan

Abstract

Dinamika kehidupan masyarakat dunia menjadi bahan baku bagi wartawan untuk diberitakan. Akan tetapi, bila pemberitaan itu menyangkut ajaran agama atau pemahaman dalam ajaran agama yang salah tayang, maka muncul reaksi dari pemeluk agama. Dalam Islam, menayangkan jati diri secara fisik diri Nabi SAW merupakan pantangan. Apalagi penayangan dilakukan oleh majalah yang karakternya bernuansa mendiskriminasikan agama dan tokoh agama. Dampaknya, benar atau salah penayangan tersebut ditafsiri tindakan pelanggaran bagi pemeluk agama. Imbas lanjutannya, penayang dan media yang menayangkan dijadikan sasaran tembak. Bila disimak, Redaktur Charlie Hebdo melakukan upaya pemberitaan dengan mengangkat cover karikatur Nabi SAW sebagai upaya melawan arus, sehingga direspon dengan tindakan kekerasan yang menelan korban jiwa. Hal ini perlu dijadikan pelajaran bagi redaktur media lain, baik cetak maupun lainnya agar mewaspadai untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Namun realitanya, tayangan hal serupa dilakukan pula oleh redaktur selain Charlie Hebdo pada waktu beriringan sehingga kesan riil yang dipahami publik muslim bahwa upaya penayangan dengan tujuan melawan pakem. Perlawanan terhadap pakem dapat dikategorikan pelanggaran terhadap kode etik jurnalistik. Akan tetapi, satu hal yang harus dipahami bahwa melakukan pembunuhan atau tindakan kekerasan tanpa melalui prosedur hukum yang benar, tidak dibenarkan oleh agama apa pun, meskipun pihak yang diserang melakukan kesalahan.