SOME NOTES ON RELIGIOUS RADICALIZATION AND TERRORISM IN INDONESIA

Abstract

Terrorism is no longer security issue in Indonesia. It truly goes above and beyond it, namely intellectual and cultural dimensions. Representing non security issues, critical education, religious depersonalization, the need for ambassadors, reconciling liberal and fundamental Muslims and cyber religion constitute major aspects to be viewed when it comes to fathoming religious radicalization and terrorism across the country. Various terrorist attacks have taken place across Indonesia in the past few years. Different approaches ranging from security to cultural modes have been applied. Yet, expected outcome, which is peace, remains far from public hope. Rather than spending physical and financial resources, intellectual approach is seriously pressing. This article attempts to look into the very nature of religious radicalization leading to terrorist acts across the country. Terorisme tidak lagi mencakup masalah keamanan di Indonesia. Ini benar-benar berjalan di atas dan di luar itu, yaitu dimensi intelektual dan budaya. Mewakili masalah keamanan non, pendidikan kritis, depersonalisasi agama, kebutuhan untuk duta besar, mendamaikan umat Islam liberal dan fundamental dan agama maya merupakan pembuktian aspek utama yang harus dilihat ketika datang ke fathoming radikalisasi agama dan terorisme di seluruh negeri. Berbagai serangan teroris telah terjadi di seluruh Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Pendekatan yang berbeda mulai dari keamanan untuk mode budaya telah diterapkan. Namun, hasil yang diharapkan, yaitu perdamaian, masih jauh dari harapan masyarakat. Daripada menghabiskan sumber daya fisik dan keuangan, pendekatan intelektual secara serius menekan. Artikel ini mencoba untuk melihat ke dalam sifat radikalisasi agama yang mengarah ke tindakan teroris di seluruh negeri