Problema Miskin dan Kaya dalam Pandangan Islam

Abstract

Kemiskinan terlahir tak jauh dari masa ketika manusia ada,� ia� selalu� menjadi� problem� manusia� yang� membayang-bayangi� kehidupannya� dari� segala� zaman,� manusia� sebagai makhluk� yang� lemah� sepertinya� tidak� akan� pernah� bisa menghapuskan secara tuntas 100 persen di muka bumi ini. Ketika al-Quran diturunkan (611-632 M.), masyarakat Makkah dan� Madinah� serta� kawasan� sekitarnya� juga� menghadapi problem� kemiskinan.� Tidak� mengherankan� jika kemudian� al-Quran� menaruh� perhatian� sangat� besar� terhadap� problem tersebut.� Demikian� ini� karena� al-Quran� diturunkan� selain sebagai mukjizat, juga berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia, khususnya� bagi� mereka� yang� bertakwa� dalam� memecahkan persoalan� hidup� dan� kehidupan� dengan� tujuan� tercapainya kesejahteraan di dunia dan akhirat. Dengan� demikian� dapat� dinyatakan� bahwa baik� dalam� bidang teologi,� tasawwuf,� fikih,� maupun� tafsir� konsep� kemiskinan merupakan� konsep� yang� parsial.� Keparsialan� konsep� tersebut dalam� bidang� teologi,� tasawwuf,� dan� fiqih� disebabkan� oleh spesialisasi� sudut� pandang� masing-masing,� bukan� karena� soal metodologis.� Sedang� dalam� bidang� tafsir� keparsialan� konsep tersebut disebabkan oleh penggunaan metode tajziz�iy.