Muslim Puritan Dan Muslim Moderat (Pembacaan Terhadap Kedudukan Perempuan)
Abstract
Muslim puritan -dengan semangat kembali pada al-Qur’an dan Sunnah- menjadikan Islam pada masa Nabi SAW sebagai model Islam yang otentik dan Final. Dengan pendekatan tekstualis, memahami Islam secara rigid sehingga tampilan yang bercampur dengan lokalitas (non-Arab) dianggap bervirus dan harus disterilisasi juga didetoksivikasi supaya murni kembali. Berbeda dengan muslim moderat, sekalipun sama-sama kembali pada al-Qur’an dan sunnah, mereka tidak menggunakan pendekatan tekstualis melainkan dengan kontekstualis bahkan filosofis. Islam pada masa Nabi SAW dipandang oleh muslim moderat sebagai Islam yang menyejarah dan berdialektika dengan sosio-kultur masyarakat, karenanya mereka memahami secara fleksibel. Tampilan Islam yang bercampur dengan unsur lokalitas setempat adalah sah-sah saja. Dengan pendekatan yang berbeda menyebabkan episteme ber-Islam kedua kelompok ini berbeda juga, sebagaimana tampak pada isu kedudukan perempuan. Hanya saja dalam panggung sejarah, kelompok muslim puritan seringkali menggunakan cara-cara kekerasan atas nama agama. Kajian di atas didasarkan pada kajian kesejarahan dengan pendekatan deskriptif-kualitatif.