KALEBUN BEBINI’ (Kontruksi Budaya Masyarakat Madura dalam Melestarikan Kekuasaan)

Abstract

Fenomena kalebun bebini’ (kepala desa perempuan) pada masyarakat Madura yang semakin merebak, tidak jarang hanya sebagai penerus dan melestarikan kekuasaan yang sebelumnya dimiliki oleh suami, bapak atau bahkan kakek mereka. Sehingga tulisan ini bermaksud mengungkap: Pertama: bagaimana konstruksi budaya Madura tentang peran dan posisi perempuan sebagai kalebun. Kedua: bagaimana mekanisme yang dilakukan oleh kaum laki-laki dalam menempatkan perempuan sebagai penerus kekuasaan politik pada kekuasaan desa (kalebun). Ketiga, bagaimana relevansi potensi dan kompetensi perempuan dalam posisinya sebagai Kalebun. Selanjutnya tulisan ini akan menggunakan empat pendekatan Pertama: pendekatan subyektif, dimaksudkan untuk mengetahui alasan atau motif serta apa yang sebanarnya yang diinginkan perempuan ketika menjabat sebagai kalebun, dalam faktanya posisi kalebhun yang diperankan tidak lebih dari keinginan outside view. Kedua, pendekatan relasional, yaitu melihat pola relasi yang terbangun dalam keluarga dan masyarakat anatara laki-laki dan perempuan. Pada konteks ini proses menjadi kalebun bebhini’ telah memunculkan relasi dominatif dan subordinat melalui public transcript. Ketiga, pendekatan struktural, institusi kalebun dimaksudkan untuk membuat tatanan masyarakat yang bermartabat, dikotori oleh praktik-praktik politik kekuasaan yang tanpa makna dengan membolehkan berbagai cara, termasuk menjadi perempuan sebagai obyek keberlangsungan kekuasaan. Keempat, tulisan ini sebagai seruan moral untuk membangun kesadaraan kolektif untuk mengedepankan politik makna, dengan menjunjung integritas dalam kepemimpinan.