LOK-OLOK DALAM TRADISI LISAN DI MADURA
Abstract
Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki tradisi khas. Madura sebagai salahsatu suku bangsa di Indonesia memiliki tradisi khas, yaitu kerapan sapi.Dalam event kerapan sapi, penonton tidak hanya disuguhi kecepatan sapi,tetapi juga tradisi lok-olok yang berlangsung setelah kerapan sapi berakhir.Dalam hubungan ini, persoalan yang diketengahkan dalam tulisan ini adalahbagaimana deskripsi tradisi lok-olok dan bagaimana perspektif etnometodologisatas tradisi lok-olok tersebut. Kajian ini menggunakan pendekatankualitatif berjenis etnemetodologis. Jenis kajian ini dipilih karena tradisi lokolokberlangsung dalam setting institusional tertentu, yaitu lapangan kerapansapi. Dalam kajian etnometodologi, beberapa pakar etnometodologi memusatkanperhatiannya pada analisis percakapan. Konsep terpenting dari modelini adalah apa yang disebut dengan adjacency pair (pasangan yangberdekatan). Konsep ini mencakup observasi pertanyaan dan jawaban atau pernyataan dan respons yang dilakukan secara berpasangan. Yang terpentingdalam hal ini adalah bahwa respons orang atau pihak kedua mendudukiposisi penting. Dalam pidato lok-olok, respons yang ditunjukkan olehpenonton, sebagai pihak kedua, atas pidato yang disampaikan oleh tokang lokolok,sebagai pihak pertama, bisa berupa kesetujuan dan ketidaksetujuan.Kese-tujuan dan ketidaksetujuan tersebut ditunjukkan melalui kata-kata danperilaku tertentu.