ULAMA DALAM PANDANGAN MASYARAKAT JAKARTA: SEBUAH PEMAKNAAN BERDASARKAN RUANG

Abstract

Abstrak: Tulisan ini melihat bagaimana masyarakat muslim Jakarta memaknai keulamaan dalam konteks ruang. Ulama dan ruang dipandang sebagai dua sisi mata uang yang saling bertautan. Penyematan gelar saling merujukkan antara nama orang dengan nama desa seperti Desa Nawa yang menjadi nama orang (Nawawi) ataupun sebaliknya, Kauman yang berasal dari kelompok ulama di lingkungan keraton menjadi nama desa. Keterkaitan antara keduanya digerakkan oleh beberapa aspek seperti sebutan lokal pada ulama, karakter ulama, kapasitas dan sebagainya. Aspek-aspek ini pula yang menggerakkan kesadaran masyarakat muslim pada ruang geografi dan ruang sosialnya. Abstract: This research studies how people interpret the muslim clergy in Jakarta based on Jakarta spatial context. Scholars and space in the public consciousness are two interlocking sides of the same coin. Embedding laqab and kunyah refers to each other like Nawa Village derived from the name of the person (Nawawi), Kauman is taken from the clergy in the palace. The linkage between the two is driven by several aspects such the local clergy, clergy character capacity, and so forth. These aspects driving awareness of the muslim community in geographic and social space. Kata Kunci: Ulama, Representasi Sosial, Kesadaran Ruang, Moralitas