KEMANDIRIAN PEREMPUAN DALAM MENGELOLA REMITAN MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARI’AH PROGRAM GRAMEEN BANK

Abstract

Abstrak: Banyaknya suami yang bekerja sebagai nelayan dengan ketidakpastian waktu melautnya, pada akhirnya memperbanyak keluarga nelayan masuk ke dalam kategori miskin, yang pada akhirnya menyebabkan istri-istri bekerja ke luar daerah, bahkan ke luar negeri. Hal inilah yang menguatkan peran istri bekerja dalam dua ranah, yaitu ranah domestik dan publik. Realitas hidup secara ekonomi dan sosial yang mengharuskan mereka menerjang budaya Madura. Meskipun demikian, secara tidak langsung dan otomatis, kemandirian perempuan akan menghapuskan mereka dari sikap ketidakadilan para suaminya, keluarganya, dan masyarakat Madura. Dari sinilah peneliti berupaya untuk memberdayakan kaum perempuan pesisir Madura untuk tidak hanya sekedar mandiri secara ekonomi dan sosial, namun kemandirian tersebut dibarengi dengan keadilan gender bagi mereka. Karenananya, peneliti berargumen bahwa perlu adanya pemberdayaan bagi kaum perempuan melalui penguatan ekonomi, yang akan melahirkan kemandirian perempuan dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan religiusitas mereka melalui pola Grameen Bank di Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah (LKMS), dengan program dana remitan. Hal ini penting dikarenakan pengelolaan keuangan remitan yang tidak bagus disebabkan oleh belum beranjaknya para keluarga yang istrinya bekerja ke luar negeri ke strata sosial yang lebih tinggi. Hal ini berbeda dengan daerah Kabupaten Malang Selatan, tepatnya di desa Kedungsalam kecamatan Donomulyo, di mana para keluarga yang ditinggalkan istrinya bekerja ke luar negeri lebih mandiri secara ekonomi, sosial, budaya, dan religiusitasnya serta mampu menaikkan strata sosial ekonomi keluarganya. Abstract: Many husbands were fishermen with their fishing time of uncertainty, in turn reproduce fishing families in the category of the poor, which in turn led to the wives work outside the region and even abroad. This is what strengthens the role of the wife works in two spheres, domestic and public. And economic realities of life that requires them crashing socially Madura culture. Even so, indirectly, the independence of women would automatically eliminate them from the injustice of her attitude, her family, and the Madura. From this the researcher seeks to empower women to Madura coast not only economically and socially indepen-dent, but independence is coupled with gender justice for them. So the resear-chers argue that the need for the empowerment of women through economic strengthening, which will give birth to the independence of women in the economic, social, cultural, and their religiosity through a pattern of Grameen Bank in Sharia Microfinance Institutions (LKMS), the remittance of funds program. This is important because the financial management of remittances is not good, because the family has not move whose wife works abroad to the higher social strata. This is in contrast to the South Malang regency, namely Kedungsalam village sub Donomulyo, where the family left behind his wife worked abroad more economic independence, social, cultural, and religiosity and were able to raise her family socio economic strata. Kata kunci: Remitan, Grameen Bank, kemandirian perempuan, dan LKMS