APLIKASI TEORI GEODESI DALAM PERHITUNGAN ARAH KIBLAT: Studi Untuk Kota Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen

Abstract

Para ulama sepakat bahwa menghadap kiblat menjadi syarat sahnya salat, tetapi mereka tidak sepakat bahwa  orang yang salat wajib menghadap ke bangunan Ka’bah atau ke arah Ka’bah. Untuk kesempurnaan ibadah, diperlukan usaha mencari arah kiblat yang tepat. Teori yang biasa digunakan untuk menghitung arah kiblat adalah teori ilmu ukur segitiga bola (spherical trigonometry). Sekarang, teori geodesi dengan rumus vincenty menjadi teori yang lebih akurat digunakan untuk menghitung arah kiblat daripada teori spherical trigonometry. Tulisan ini berusaha menggambarkan penggunaan teori geodesi dalam perhitungan arah kiblat untuk kota Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen. Teori geodesi menghasilkan arah kiblat untuk kota Banjarnegara 294°40’01.042”, Purbalingga 294°44’11.376”, Banyumas 294°45’25,582”, Cilacap 294°54’21.568”, dan Kebumen 294°44’16.752”. Jika arah kiblat tersebut dibandingkan dengan arah kiblat yang selama ini dipedomani, maka terdapat selisih rata-rata 0°7’32.74”. Dengan adanya hasil perhitungan yang mempunyai tingkat akurasi lebih tinggi, tentu akan menambah keyakinan dalam beribadah, walaupun arah kiblat yang selama ini menjadi pedoman juga masih dalam lingkup menghadap kiblat.