POLIGAMI BAGI YANG MAMPU MONOGAMI BAGI YANG TIDAK MAMPU
Abstract
Kehidupan keluarga yang diagendakan dalam Al-Qur`an adalah keluarga sakīnah yang dilukiskan oleh Nabi saw dengan “Rumahku surgaku”. Orientasi mengedepankan esensi keluarga sakīnah menjadikan dihotomi poligami versus monogami tidak relevan lagi, keduanya merupakan media beramal yang memiliki kesempatan yang sama untuk mewujudkan kesuksesan suatu keluarga. Kegagalan membangun keluarga sakīnah bukan karena pilihan berpoligami sebagaimana keberhasilan mencapainya bukan disebabkan oleh pilihan bermonogami, tetapi ditentukan efektif atau tidaknya menumbuhkembangkan mawaddah dan rahmah. Penolakan atau penerimaan poligami diserahkan kepada komunitas muslim sehubungan keberadaannya telah menjadi masalah atau konsumsi sosial. Sikap saling menghormati antara yang pro dan kontra sangat dibutuhkan.