AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN JAWA: Ruang Komunal pada Budaya Nyadran Dukuh Krajan, Desa Kromengan, Kabupaten Malang

Abstract

Javanese and Islamic acculturations adhere to the people living at Dukuh Krajan. Javanese social and cultural aspects affect the spirit of Islamic activities. This is obvious by the use of Javanese/Islamic calendar system in every ritual. Yet, the high value of togetherness and communality is decreasing. This change will result in abandoning culture and growing social problem. It also influences the change of common space in the neighborhood. Therefore, it needs exploration on communal space established through Nyadran ritual. The purpose is to maintain the existence of the communal space as well as to develop togetherness and communality for the next generation. The study employs qualitative design with rationalistic approach. The data were collected through observation and interview. The communal space is formed by the activity, the physical area, the doers and the ritual time. The use of communal space in Nyadran ritual reflects togetherness and mutual cooperation value established as the result of the sense of care and the social awareness to share spaces for public interest.Akulturasi budaya Islam dan Jawa masih melekat pada kehidupan masyarakat Dukuh Krajan. Kegiatan Islam suasananya dipengaruhi oleh aspek budaya dan sosial Jawa. Tergambar jelas pada pemakaian kalender Jawa/Islam pada setiap kegiatan budaya. Namun, nilai-nilai kebersamaan dan kegotongroyangan dalam kegiatan sosial budaya saat ini semakin berkurang. Perubahan ini akan berpengaruh terhadap beberapa budaya setempat yang tersisihkan, dan masalah-masalah sosial yang mulai berkembang. Dampaknya akan berpengaruh juga terhadap perubahan ruang-ruang komunal di lingkungan pedesaan. Untuk itu perlu diteliti lebih detail tentang ruang komunal yang terbentuk, khususnya pada runtutan kegiatan budaya nyadran. Tujuannya agar ruang komunal yang terbentuk pada tradisi nyadran eksistensinya tetap ada dan terjaga dengan baik serta dapat bermanfaat dalam menumbuhkan dan mengembangkan rasa kebersamaan dan kegotongroyongan pada generasi berikutnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan rasionalistik dengan data dari observasi lapangan dan wawancara. Pembentukan ruang komunal dipengaruhi aktivitas itu sendiri, fisik ruang, pelaku dan waktu kegiatan itu berlangsung. Penggunaan ruang komunal pada kegiatan budaya nyadran mempunyai makna kebersamaan dan keguyuban, yang terbentuk dari kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, serta kesadaran masyarakat dalam memberikan sebagian ruang miliknya yang bermanfaat untuk kepentingan umum.