Komunikasi Konseling Lintas Budaya di MAN 2 Brebes Jawa Tengah

Abstract

In order to help the student as a young individual to be manifested into an adult, there is a concern from guidance and counseling sides to the development of this capabilities so that the student could live decently in the future. Effort from guidance and counseling in realizing this educational function, focusing on expanding, internalizing, updating and integrating this value into self-reliable attitude. In such efforts, there are many possibilities from guidance and counseling to utilizing various methods, approaches and techniques, to understand and facilitate the individual development which rests and leads to the human development according to its existensial nature. Because of the cultural diversity that grows and flourished in society, one of the communication approach in counseling which could be implemented is cross-cultural counseling. This research tries to explore and analyzed the data related to the cross cultural counseling conducted by the teacher at Madrasah Aliah Negeri (MAN) 2 Brebes towards students with Sundanese ethnic and Javanese ethnic background. This research is a fieldobservational research based, with the type of its data is interview, observation, and documentation. Data reduction techniques, data presentation and conclusion techniques is conducted to analyze the data. Result shows that: firstly, there were similarities of cross-cultural communication conducted by the teacher towards students with Java and Sundanese ethnic background. This similarities are: Bahasa as the same medium in communication, in a specific case using clinical approach, communication skill as empathy, asking, assertiuve and confrontation, posited teachers as a friend and even student’s parent. Secondly, if there is a difference between these two sundanese and Javanese ethnic occurred, it is on rational-emotive approach which is using on Javanese ethnic student, meanwhile non-directive approach is conducted on Sundanese ethnic student. Dalam upaya membantu individu (siswa) mewujudkan pribadi utuh, bimbingan dan konseling peduli terhadap pengembangan kemampuan tersebut agar siswa dapat hidup lebih baik dan benar. Upaya bimbingan dalam merealisasikan fungsi-fungsi pendidikan, terarah kepada upaya membantu individu untuk memperluas, menginternalisasi, memperbaharui, dan mengintegrasikan sistem nilai ke dalam perilaku mandiri. Dalam upaya tersebut, bimbingan dan konseling amat mungkin menggunakan berbagai metode dan pendekatan serta teknik, untuk memahami dan memfasilitasi perkembangan individu yang bersandar dan terarah kepada pengembangan manusia sesuai dengan hakikat eksistensialnya. Oleh karena tampak keragaman budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, maka salah satu pendekatan komunikasi dalam konseling yang dapat digunakan yaitu komunikasi konseling lintas budaya. Penelitian ini berupaya menggali dan menganalisis data terkait dengan komunikasi konseling lintas budaya yang dilakukan oleh guru Madrasah Aliah Negeri (MAN) 2 Brebes kepada siswa yang berlatar belakang etnis Sunda dan etnis Jawa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis datan menggunakan teknik reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa, Pertama; terdapat persamaan komunikasi konseling lintas budaya yang dilakukan oleh guru kepada siswa berlatar belakang etnis Sunda dan Jawa yaitu; secara bahasa menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi, pada kasus tertentu menggunakan pendekatan klinikal, menggunakan keterampilan komunikasi seperti keterampilan empatik, bertanya, asertif dan konfrontasi, menempatkan posisi guru sebagai teman bahkan orangtua siswa, dan memperlakukan siswa sama sesuai dengan hak dan kewajibannya. Kedua, perbedaan komunikasi konseling lintas budaya kepada keduanya (siswa Sunda dan Jawa) hanya tampak pada penggunaan pendekatannya, yaitu pendekatan pada siswa etnis Jawa menggunakan pendekatan rasional-emotif, sedangkan pada siswa etnis Sunda menggunakan pendekatan non-direktif.