Pertumbuhan dan Hasil Seledri (Apium graveolens L.) pada Sistem Hidroponik Sumbu dengan Jenis Sumbu dan Media Tanam Berbeda

Abstract

<p>Tanaman seledri dipergunakan sebagai pelengkap masakan ataupun sebagai obat. Tingginya permintaan seledri dalam bentuk segar oleh masyarakat  Indonesia belum dapat terpenuhi, selain itu tanaman seledri bersifat aditif dalam bahan makanan sehingga dipergunakan dalam jumlah sedikit tetapi penting. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus 2014 di <em>Screen House </em>Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian sekitar 700-800 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dua faktor. Faktor pertama terdiri dari 2 taraf, yaitu kain sumbu bahan wol dan kain sumbu bahan katun. Faktor ke dua adalah media tanam yang terdiri dari beberapa 5 taraf yaitu media tanam 100% kompos, media tanam 50% kompos + 50% arang sekam, media tanam 25% kompos daun bambu + 75% arang sekam, media tanam 75% kompos daun bambu + 25% arang sekam dan media tanam 100% arang sekam. Sehingga terdapat 10 kombinasi taraf perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali.Uji lanjut menggunakan uji jarak berganda Duncan. Parameter utama yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah batang, dan bobot segar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara jenis sumbu dan media tanam pada tinggi tanaman dari umur 3 MST sampai umur 8 MST dengan perlakuan (s<sub>2</sub>m<sub>2</sub>), pada jumlah batang terjadi interaksi pada umur 6 dan 8 MST dengan perlakuan (s<sub>2</sub>m<sub>3</sub>), bobot segar terjadi interaksi umur 8 MST dengan perlakuan (s<sub>2</sub>m<sub>2</sub>). Jenis sumbu dan media tanam yang paling baik pada umur 8 MST terhadap tinggi tanaman dan bobot segar adalah (s<sub>2</sub>m<sub>2</sub>) sedangkan pada jumlah batang terdapat pada perlakuan (s<sub>2</sub>m<sub>3</sub>).</p><p> </p><p>Celery plant is used as a food supplement or as a medicine. The high demand in the form of fresh celery by the people of Indonesia has not been met by supply, besides celery plants are additive in food ingredients also used in small amounts but vital. The experiment was conducted in May until August 2014 at screen house Faculty of Agriculture, University of Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang regency, West Java Province, altitude 700-800 m above sea level. This study used a completely randomized design (CRD) factorial of two factors. The first factor composed of 2 levels, s<sub>1</sub> = wool fabrics and s<sub>2</sub> = cotton fabrics. Second factor was the growing media consisting of 5 levels respectively m<sub>1</sub> = 100% of bamboo leaf compost, m<sub>2</sub> = 50% of bamboo leaf compost + 50% of rice husk pyrolysis, m<sub>3</sub> = 25% of bamboo leaf compost + 75% of rice husk pyrolysis, m<sub>4</sub> = 75% of bamboo leaf compost + 25% of rice husk pyrolysis and m<sub>5</sub> = 100% of rice husk pyrolysis. So there were 10 combinations level of treatment was repeated three times. Further test used Duncan Multiple Range Test. Parameter observed were plant height, number of stems and fresh weight. The results showed there were interaction between wick types and growing medias on plant height from 3 MST (Week After Planting) until 8 MST (Week After Planting) treatment (s<sub>2</sub>m<sub>2</sub>), the number of stems interaction at  6 MST and 8 MST treatment (s<sub>2</sub>m<sub>3</sub>), fresh weight interaction at 8 MST (Week After Planting) treatment (s<sub>2</sub>m<sub>2</sub>). The best of wick types and growing media at 8 MST on plant height and fresh weight was (s<sub>2</sub>m<sub>2</sub>) while the number of stems were in treatment (s<sub>2</sub>m<sub>3</sub>).</p>