Pendekatan Sufistik dalam Pendidikan Islam (Telaah Pemikiran Hamka)

Abstract

Abstract The background of this research is the same objective of Hamka’s concept related to modern tasawuf with the concept of Islamic education which aims to create qualified human being by balancing the physical and spiritual life. This study uses library research method through intellectual biography approach and content analysis in analyzing the data. Research result shows that according to Hamka, there are two main dimensions which appears from human beings; they are dimension of vertical submission to God and dimension ofhorizontal dialectic with the surrounding societies. Therefore, in order to realize the objective of Islamic education, it is necessary to provide Islamic learning material which can develop students’ potential in expressing their competence. Abstrak Penelitian dilatar belakangi oleh adanya persamaan tujuan antara konsep tasawuf modern Hamka dengan konsep pendidikan Islam, yakni terciptanya manusia yang berkualitas dengan adanya keseimbangan antara kehidupan jasmani dan rohani. Permasalahan dibahas menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) melalui pendekatan intellectual biography. Beberapa karya ilmiah Hamka dijadikan sebagai sumber utama pada penelitian ini, dengan didukung karya ilmiah lain yang relevan. Teknik analisis data yang digunakan teknik analisisis dan interpretasi data. Pemikiran Hamka mengenai pendidikan Islam dapat dilihat dari rumusan tujuan pendidikan Islam yang tidak jauh berbeda dengan konsep tasawuf modern Hamka, yaitu terciptanya dua dimensi utama yang muncul dari diri manusia, yaitu dimensi ketundukan vertikal kepada sang Khalik dan dimensi dialektika horizontal terhadap sesama dan lingkungan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan pendidikan Islam tersebut dibutuhkan muatan materi dan proses pendidikan Islam yang mampu membantu mengembangkan potensi (fitrah) manusia (peserta didik), sehingga ia dapat mengekspresikan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Peran pendidik yang memiliki kepribadian dengan kehidupan kerohanian tinggi diperlukan dalam proses pendidikan Islam, dimulai dari keluarga (in-formal), sekolah (formal), sampai masyarakat (non-formal), sehingga dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya serta memiliki kekuatan cita-cita yang dinamis dan religius dengan diikuti kekuatan iradah yang tinggi.