Tafsi>r al-Qummi> dan Politik: Telaah atas Kecenderungan Tasyayyu’ dalam Penafsiran Surat al-Baqarah

Abstract

almost All muslims believe that the Qur’an is one. It does not guarantee that the interpretation of Qur’an is also one. Different background of readers and interpreters may impose on the different views on that matter. Tafsi>r al-Qummi>, as one of Syi’ah Imamiyyah Qur’anic exegesis in  such a certain circumstance, can be an example. By comparing this exegesis and Tafsir Kementerian Agama, the writer concludes that this book is full of political tasyayyu’ tendency. This tendency can be seen via the way of ta’wil by which al-Qummi treated some verses regarding the excelency of ‘Ali and his sons among other persons. His ta’wil based on putting some Qur’anic verses regarding a general notion to indicate ‘Ali and his son’s supremacy and vice versa putting the others to indicate Ali and his son’s enemy as victims. This exegesis can be traced back on the milieu al-Qummi lived in and interacted with the schools’s opponents at that time. This research also shows that all interpretations are merely expressions of the reality of competitions among readers to gain supremacy among others.    Umat Islam hampir sepakat akan kesatuan al-Qur’an. Namun demikian, kesatuan ini tidak menjamin adanya kesatuan tafsir. Perbedaan latar belakang penafsir menyebabkan perbedaan penafsiran. Tafsi>r al-Qummi> sebagai sebuah tafsir Syi’ah Imamiyyah yang muncul dalam miliu tertentu merefleksikan suatu  kecenderungan politik tasyayyu’ atau sikap mengagungkan Ali dan keturunannya.  Kecenderungan tasyayyu’ ini dapat dilihat melalui metode takwil yang ia gunakan untuk memahami ayat-ayat guna menegaskan keagungan ‘Ali dan keturunannya. Hal ini diketahui dengan studi komparatif terhadap Tafsir Kementerian Agama.  Takwilnya dilakukan dengan meletakkan ayat-ayat yang bermakna umum ke dalam makna yang menegaskan keagungan Ali dan keturunannya atau sebaliknya ditakwil ke dalam makna yang menempatkan lawan-lawan Ali dan keturunannya sebagai korban. Pola takwil semacam ini dapat dilacak ke dalam lingkungan al-Qummi dimana ia hidup dan berinteraksi dengan lawan-lawan madzhabnya pada masa itu. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa interpretasi hanyalah semata-mata expressi tentang realitas kompetisi antara pembaca untuk memperoleh keunggulan dibanding kelompok lain.