POTENSI BELAJAR DALAM AL-QU’RAN (TELAAH SURAT AN NAHL :78)

Abstract

Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kelebihan dan keistmewaan dibanding dengan makhluk lain. Salah satu keistiewaan dan kelebihan itu adalah adanya potensi untuk berfikir . Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan masyarakat, tantangan dan tuntutan tidak pernah jeda, terus mengalami peningkatan sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan budaya sebuah mesyarakat, yang menuntut adanya inovasi, terobosan-terobosan, produk-produk karya cipta, model-model dan solusi-solusi baru, berbeda, unik dan unggul. Manusia menuntut lebih dan lebih dari untuk hari esok dibanding dengan hari ini.Proses belajar dan pembelajaran sebuah keharusan bagi manusia dalam kehidupan. Berbagai fenomena yang terjadi di alam raya ini akan terungkap kepermukaan bila dilakukan dengan jalan belajar. Belajar dalam pengertian ini tentunya dalam pengertian yang luas, pembacaan terhadap fenomena alam dan realitas sosial masyarakat akan memberikan implikasi positif dengan lahirnya berbagai penemuan dalam bentuk ilmu pengetahuan berupa ilmu alam, ilmu sosial, ilmu humaniora, ilmu jiwa dan ilmu kesehatan dan sebagainya. Kesemuanya ini merupakan  hasil kegiatan belajar dan pembelajaran yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Semakin manusia menyadari dirinya untuk belajar maka semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Potensi yang ada pada diri manusia jika dikembangkan dengan belajar akan melahirkan peradaban besar bagi kemaslahatan pada manusia itu sendiri.Dalam konteks itu,  Dawam Rahardjo menyatakan bahwa agaknya pendengaran, penglihatan dan kalbu (al-fuād) adalah alat untuk memperoleh ilmu dalam kegiatan belajar, dan dapat dikembangkan dalam kegiatan pengajaran.[1]  Ketiga komponen  tersebut merupakan alat potensial yang dimiliki manusia untuk dipergunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Kaitan antara ketiga komponen tersebut adalah bahwa pendengaran bertugas memelihara ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dari hasil belajar dan mengajar, penglihatan bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambahkan hasil penelitian dengan mengadakan pengkajian terhadapnya. Hati bertugas membersihkan ilmu pengetahuan dari segala sifat yang jelek. Yang terakhir ini, berkaitan dengan teori belajar dan mengajar dalam aspek aqidah dan akhlak