PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MĀJID ‘IRSĀN AL-KĪLĀNĪ
Abstract
Dalam review, catatan dan “sambutan hangat”nya terhadap buku “Paradigma Baru Pendidikan Islam” terbitan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam – Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI tahun 2008, Dr. Adian Husaini, M.A. dengan tegas menyatakan bahwa paradigma baru yang dimaksud adalah proyek pembaratan (westerni-zation) secara sistematis, dengan menempatkan ajaran Islam sebagai bagian dari produk sejarah, yang harus tunduk kepada situasi sosial dan budaya masya-rakat. Sehingga “Paradigma Baru Studi Islam” yang digagas tiada lain adalah “Paradigma Pemikiran Modern Ala Barat”.[1] Tentunya karena umat Islam telah terhegemoni dan didominasi pihak lain, baik hegemoni Kristen-Barat maupun dominasi Sekular-Liberal.[2] Akibatnya, meminjam istilah Hartono Ahmad Jaiz, pendidikan Islam telah diselewengkan, akhirnya malah memuluskan pemurtadan[3] dan melahirkan cendekiawan diabolik, yaitu intelektual yang bermental Iblis, seperti diistilahkan oleh Dr. Syamsuddin Arif, seorang peneliti dan cendekiawan INSISTS serta dosen di International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC)-IIUM Malaysia. [4][1] Lihat: Adian Husaini, Membendung Arus Liberalisme di Indonesia, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009, hlm. 426-427; dan Husaini, “Kajian Islam Historis dan Aplikasinya dalam Studi Gender” dalam Jurnal ISLAMIA, vol. 5, no. 1, 2009, hlm. 13-15.[2] Bukti dan paparan luas tentang hal ini, lihat: Husaini, Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi, Jakarta: Gema Insani Press, 2006, hlm. 101-126; dan Wajah Peradaban Barat: dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal, Jakarta: Gema Insani Press, 2005, hlm. 288-333.[3] Lihat: Hartono Ahmad Jaiz, Ada Pemurtadan di IAIN, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005, hlm. 21-31.[4] Lihat: Syamsuddin Arif, Orientalis & Diabolisme Pemikiran, Jakarta: Gema Insani Press, 2008, hlm. 143-147.