Dr. Sarbini, M.H.I (Konsep Pendidikan Robaniyah)

Abstract

SDM (Sumber Daya Manusia) yang unggul dalam perspektif Islam disebut sebagai kelompok masyarakat sābiqun bi al-khairāt [1](pemenang lomba kebaikan atau pencetak rekor kebaikan). SDM unggul yang nerupakan kelompok masyarakat sābiqun bi al-khairāt adalah sumber daya yang merefleksikan delapan karakter khusus yang dimilikinya, yaitu:Memiliki rasa takut kepada Allah Swt (al-khauf min Allah).Memiliki kekuatan iman (quwwah al-imān)Memiliki tauhid yang bersih (tajrīd al-tauhīd)Mengenal urgensi waktu dan umur (ma`rifah qīmah al-awqāt wa al-a`mār)Tekad yang jujur, cita-cita yang tinggi dan kemauan yang kuat.Semangat kompetitif dalam setiap kebaikanHati yang bersih (salāmah al-shadr)Peniti jalan pendahulu mereka yang shalih.[2]Adian Husaini dalam catatannya yang disampaikan dalam diskusi sabtuan di INSIST, 12 Juni 2010 M mengatakan bahwa inilah hakekat dari tujuan pendidikan, yakni mencetak manusia yang baik, sebagaimana dirumuskan oleh Prof. S.M. Naquib al-Attas dalam bukunya, Islam and Secularism: “The purpose for seeking knowledge in Islam is to inculcate goodness or justice in man as man and individual self. The aim of education in Islam is therefore to produce a goodman… the fundamental element inherent in the Islamic concept of education is the inculcation of adab…”[3]Tujuan pendidikan yang menurut Ahmad Tafsir telah difahami oleh para pemikir sejak 600 tahun SM ini[4], pada tataran kebijakan dan aplikasinya di dunia pendidikan di Indonesia –menggunakan istilah Ibn Taimiyah-[5] masih bersifat `ilm al-yaqīn (informasi ilmiyah yang diyakini), belum sampai kepada `ain al-yaqīn (realita yang diyakini) apalagi sampai kepada haq al-yaqīn(perwujudan hakiki keyakinan).[1] Qs. Fathir [35]: 32[2] Intisari dari Qs. Al-Mu`minun [23]:57-61. Baca: Māzin Ibn `Abd al-Karīm al-Freh, al-Rāid Durūs Fi al-Tarbiyyah wa al-Da`wah, Saudi Arabia: Dār al-Andalus al-Khadrā, 2006, Cet ke-3, Juz. I, hlm. 332-336[3] http://www.insistnet.com[4]http://www.knowledge-leader.net/2011/12/pendidikan-agama-islam-sebagai-basis pendidikan-karakter/[5] Khālid Abū Syādī, Rihlah al-Bahts `An al-Yaqīn, Thanthā: Dār al-Basyīr, 2006, Cet ke-1, hlm.13