Persepsi Siswa Difabel terhadap Praktik Pendidikan Inklusif di SMA Inklusi di Yogyakarta
Abstract
The rationale behind this study is how students with disabilities’ perception towards the inclusive education and inclusive teaching practices. As a qualitative single case study, two participants (student with hearing loss and visual impairment) were involved to give their depth explanation about inclusive practices in one secondary inclusive school in Yogyakarta. These participants were recruited by purposive technique sampling. Data were gathered by open-ended interview, documents’ analysis, and direct observation for building and learning media. Data then were analyzed using content-analysis technique. The results show students with disabilities have a positive perception towards the inclusive practices in their school. They claimed, this practice would be valuable if: the school provides learning materials in different modalities and teachers offers multiple ways in teaching. Furthermore, system support and shaping the inclusive culture is necessary to realize the inclusive education and teaching practices.[Penelitian ini mencoba untuk mengungkap persepsi siswa difabel mengenai praktik pendidikan dan pembelajaran inklusif di salah satu SMA Inklusi di Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan mengambil satu studi kasus yang melibatkan dua orang siswa difabel (Tuli dan tuna netra) sebagai responden melalui teknik purposive sampling. Data diungkap dengan wawancara semi terbuka, analisis dokumen dan observasi terhadap bangunan fisik dan media pembelajaran. Data kemudian dianalisis menggunakan teknik content-analysis. Hasil penelitian menunjukkan siswa memiliki persepsi yang cukup baik terhadap pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran inklusif. Menurut siswa, praktik pembelajaran inklusif akan lebih bermakna jika aksesibilitas terhadap materi-materi pelajaran semakin dipermudah dengan menyediakan berbagai macam sumber belajar yang bervariasi, termasuk cara guru dalam menyampaikan pelajaran perlu menggunakan berbagai metode. Selain itu, dukungan sistem dan penciptaan budaya inklusif juga harus selalu dipupuk agar warga sekolah mampu mewujudkan praktik pendidikan dan pembelajaran inklusif yang seharusnya.]