Berdakwah Lewat Kidung (Model Komunikasi Budaya Sunan Kalijaga)

Abstract

Guna menghasilkan keberhasilan dakwah pada komunikan beda budaya, dai perlu untuk melakukan pemetaan terhadap budaya mad’uw-nya. Walisanga merupakan salah satu prototipe dai yang melakukan dakwah dengan mempertimbangkan budaya mad’uw-nya. Dari sembilan wali tersebut, Sunan Kalijaga memiliki metode dakwah yang menggunakan kebudayaan dan kesenian mad’uw-nya. Sunan Kalijaga memiliki ilmu luas pada bidang agama dan budaya yang menjadikan beliau mampu mengintegrasikan keduanya dalam bentuk metode dakwah seperti seni wayang, seni sastra, kidung, dan sejenisnya. Dari ragam metode dakwah tersebut kami tertarik mendalami model komunikasi budaya Sunan Kalijaga spesifik pada kidung. Tujuan tulisan ini adalah mendeskripsikan model komunikasi budaya dalam kidung yang dibuat Sunan Kalijaga untuk dakwah. Objek kajian dispesifikkan pada kidung “Rumekso Ing Wengi” karena kidung tersebut merupakan salah satu bukti yang menunjukkan Sunan Kalijaga dalam menyampaikan ajaran Islam menggunakan istilah-istilah yang mudah dipahami masyarakat Jawa pada saat itu. Kidung yang identik dengan upacara peribadatan orang Hindu di massa itu menjadi salah satu pilihan media dakwah Islam yang mengantarkan pada keberhasilan. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka sejarah dan menggunakan lima model komunikasi budaya Kinast dkk. Hasil studi menunjukkan dalam Kidung “Rumekso Ing Wengi” ini, Sunan Kalijaga menggabungkan model komunikasi budaya blending, adaptation, dan juga dominance.