Semiotics of Corruption in The Qur'an Ferdinand De Saussure's Perspective

Abstract

The meaning of corruption is often underestimated for corrupt actors who abuse authority or power. Efforts to eradicate this behavior often run very slowly until corruption cases grow, even becoming a kind of cultural power. The purpose of this article is to represent signs in the form of Quranic text, which in this case focuses on Qs. Al-Baqarah so that the reader can read the reality through the activity of interpretation in the form of signs or symbols, which in this case is focused on the term corruption. Through descriptive analysis method and based on library research, the author tries to explain Ferdinand De Saussure's semiotics applied to the interpretation of the Quran. The result of this study is that corruption is an unjustified act because it harms people and the behavior is not only limited to how to obtain but also how to use and what is corrupted (Material and Non-Material). Pemaknaan terhadap korupsi seringkali dianggap remeh bagi para pelaku korup yang menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan. Upaya pemberantasan perilaku ini seringkali berjalan sangat lamban hingga kasus-kasus korupsi semakin berkembang, bahkan menjadi semacam kultural kekuasaan. Tujuan artikel ini untuk merepresentasikan tanda kedalam bentuk teks Al-Quran yang dalam hal ini berfokus pada Qs. Al-Baqarah hingga membuat pembaca dapat melakukan pembacaan terhadap realitas melaui aktivitas penafsiran yang berupa tanda atau simbol yang dalam hal ini difokuskan pada term korupsi. Melalui metode deskriptif analisis dan berdasarkan library research penulis mencoba memaparkan tentang semiotika Ferdinand De Saussure yang diaplikasikan ke dalam penafsiran Al-Quran. hasil dari penelitian ini adalah bahwa korupsi merupakan sebuah tindakan bathil yang tidak dibenarkan karena merugikan orang dan perilakunya tidak saja hanya terbatas pada cara memperoleh tetapi juga cara menggunakan dan hal yang dikorupsi (Materi dan Non-Materi).