APAKAH CAMPUR KODE BAHASA PADA BALITA BAGIAN DARI LINGUISTIC NEO IMPERIALISM?
Abstract
Interaksi anak balita dengan game online dan tayangan YouTube akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku kebahasaan campur code dalam komunikasi sehari-hari dengan orang-orang di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi jenis campur kode yang dipakai oleh anak beserta konteks tuturannya, dan mengungkap hegemoni bahasa Inggris terhadap bahasa lokal dan Indonesia. Metode yang dipakai dalam studi ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik untuk mendalami tuturan anak balita yang mencampurkan dua kode, dan pendekatan kritis untuk mengungkap dominasi kultural yang direpresentasikan dalam satuan kebahasaan campur kode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campur kode tipe Penyisipan menempati posisi teratas, yang diikuti campur kode tipe Pemanfaatan, Preferensi, Alternasi, dan terakhir Kongruen. Berdasarkan urutan pemakaian campur kode tersebut, paling tidak ada dua karakteristik pada aktivitas campur kode anak pertama, anak balita cenderung menyisipkan leksem bahasa asing dan gaul secara acak (manasuka) tanpa melihat konteks tuturan. Kedua, anak balita cenderung memilih leksem yang mudah diucapkan karena ia telah menghafalnya dari tontonan atau game yang berulang-ulang ia lihat di internet. Fenomena ini menegaskan berkembangnya neo-imperialsime bahasa karena dorongan yang kuat dari dalam masyarakat yang merasakan keuntungan ekonomis dari penguasaan bahasa Inggris dan rasa percaya diri penutur ketika mampu berbicara bahasa Inggris serta munculnya rasa rendah diri pada sebagian masyarakat Indonesia yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang rendah.