KONTEKSTUALISASI MAKNA JAHILIYAH PERSPEKTIF SAYYID QUTUB DALAM KITAB FI ZILAL AL-QUR’AN
Abstract
Bermula dari pernyataan Sayyid Qutub yang mengatakan bahwa jahiliyah bukanlah kebalikan dari apa yang dinamakan ilmu pengetetahuan (‘ilm), akan tetapi Jahiliyah yang dimaksud dalam Al-Qur’an adalah keadaan spritual yang menolak uluhiyyah Allah dan suatu aturan atau sistem yang bertolak belakang dengan hukum Allah. Boleh dikatakan bahwa Jahiliyah itu adalah kebalikan dari Islam dan bertentangan dengan Islam. Dan juga kejahiliyahan itu tidak hanya terbatas dalam waktu tertentu saja, akan tetapi Jahiliyah adalah suatu tatanan, suatu aturan, suatu sistem yang dapat dijumpai kemarin, hari ini, bahkan hari esok. Tentu pendapat ini mengejutkan mengingat hampir suluruh umat muslim mengakui bahwa jahiliyah adalah suatu masa sebelum datangnya Islam. Dengan demikan, maka penelitian ini betujuan untuk mengkaji metode-metode yang digunakan Sayyid Qutub dalam menafsirkan sebuah ayat-ayat jahiliyah sehingga menghasilkan pemaknaan yang demikian itu. Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan model study kepustakaan (library research) dengan teknik pengumpulan data melalui metode dokumentasi. Adapun yang menjadi sumber primer dalam penelitian ini adalah kitab Tafsir fi Zilal al-Qur’an dan juga literatur-literatur kepustakaan yang relevan dengan topik pembahasan. Dengan metode analisis data deskriptif-analisis diharapkan akan dapat mengetahui metode-metode yang digunakan Sayyid Qutub dalam menafsirkan sebuah ayat.Melalui metode yang telah dipaparkan di atas menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa Sayyid Qutub dalam menafsirkan sebuah ayat al-Qur’an secara kontekstual. Adapun metode yang digunakan Sayyid Qutub dalam menafsirkan sebuah ayat secara kontekstual adalah metode doubel-movent dengan pendekatan sosio-historis, sehingga menghasilkan sebuah makna kontekstual terhadap jahiliyah. Diantara makna-maknanya adalah; perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan aturan-aturan Allah, sebuah ideologi tanpa disertai argumentasi yang ilmiah, dan kesombongan serta fanatisme kesukuan.          Â