Interpretasi Pergeseran Makna dalam Penafsiran al-Qur'an

Abstract

Artikel ini mengkaji makna kata tadabbur dalam al-Qur'an untuk menjawab pergeseran makna terhadap kecenderungan kajian-kajian sebelumnya yang mengasosiasikan tadabbur dengan dampak etis praktis dalam kehidupan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semantik al-Qur’an Toshihiko Izutsu dalam menganalisis makna kata adabbur dengan menelusuri makna dasar dan relasionalnya kemudian melihat pergeseran makna Tadabbur dalam tiga lapisan waktu (historis). semantik), yaitu pra-Qur'anik, Qur'anik dan pasca-Qur'anik. Kajian ini menyimpulkan bahwa makna dasar dari kata Tadabbur adalah belakang sesuatu atau akhir sesuatu. Makna relasional Tadabbur melalui analisis sintagmatik berasosiasi dengan beberapa sistem kata, yaitu kata Allah, al-Qur'an, Tadzakkur dan ulul Albab¸ Musyrik & Munafik. Makna relasional dabbur melalui analisis paradigmatik berkaitan dengan kata Tafsir, Ta'wil, Tafakkur, Tafakkur. Perbedaannya, penggunaan kata Tadabbur, Tafsir dan Ta'wil khusus ditujukan untuk al-Qur'an sedangkan Tafakkur dan Tadzakkur memiliki objek yang lebih luas. Hasil analisis semantik historis, pada masa pra-Qur'an kata Tadabbur digunakan untuk menunjukkan aktivitas hati yang berkaitan dengan keinginan dan harapan. Kemudian pada masa al-Quran, Tadabbur memiliki sistem khusus sebagai imbauan memahami al-Qur'an yang ditujukan tidak hanya kepada umat Islam, melainkan juga kepada kaum kafir dan munafik. Orientasi makna Tadabbur dalam dunia al-Qur'an lebih mengarah pada penguatan tauhid. Adapun pada masa pasca-Qur'anic, para mufassir memberikan konsepsi Tadabbur yang difungsikan sebagaimana kata ta'ammala dan tafakkara untuk mengekstrak kandungan al-Qur'an, seperti; nasehat, peringatan, dan ancaman terhadap kemaksiatan. Makna orientasi etis terbawa kuat dalam konsepsi Tadabbur pasca-Qur'anic. Hal ini merupakan indikasi yang mempengaruhi kecenderungan penelitian terkini mengenai tadabbur yang dikaitkan dengan efek etis praktis.