BENTUK DAN MAKSUD TUTURAN TIDAK SANTUN ORANGTUA DAN ANAK DALAM KELUARGA BUDDHIS
Abstract
Ketidaksantunan bahasa berkaitan penggunaan bahasa yang tidak baik dan seringkali menyinggung perasaan orang lain. Namun bentuk tuturan tersebut masih banyak digunakan, bahkan umat Buddha. Penggunaan bahasa yang kurang santun tersebut dapat menyinggung perasaan mitra tutur. Dalam alam ranah keluarga ujaran tidak santun dapat terjadi pada semua bagian dalam keluarga. Tujuan penulisan artikel ini adalah mendeskripsikan wujud dan maksud tuturan tidak santun antara orangtua dan anak dalam keluarga Buddhis. Artikel menggunakan metode penelitian kualitatif yang dilakukan pada Februari-Juli 2018. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data simak dan cakap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tuturan yang tidak santun dilakukan tidak hanya oleh anak kepada orangtuanya, namun juga sebaliknya. Wujud tuturan tersebut terbagi ke dalam lima kategori yaitu kategori melanggar norma, mengancam muka sepihak, melecehkan muka, menghilangkan muka, dan menimbulkan konflik. Lalu maksud dalam tuturan ketidaksantunan terdapat dua kategori yaitu maksud bernilai positif dan maksud bernilai negatif. Pada kategori maksud bernilai positif mengandung nilai-nilai kebudayaan dan keagamaan antara lain: tanggung jawab, ajaran untuk rajin dan semangat, kedermawanan (caga), hidup seimbang (samajÄ«vitÄ), dan penerapan Sigalovada Sutta.