Menelusuri perbedaan pendapat tentang Bahasa Pali dan Bahasa Buddha di Kalangan Dosen STABN Sriwijaya dan Bhikkhu Theravada di Wilayah Tangerang Selatan

Abstract

Bahasa Pali adalah bahasa keagamaan/liturgi bagi masyarakat Buddhis, terutama dalam tradisi Theravada. Meskipun demikian, di luar tradisi ini, Pali hanya dianggap sebagai bahasa khusus yang tidak relevan. Hal ini menciptakan perbedaan pendapat di kalangan peneliti dan umat Buddha. Penelitian menggunakan metode linguistik historis komparatif untuk mengidentifikasi akar perbedaan ini. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya data tertulis tentang bahasa pada masa kehidupan Buddha. Selain itu, minimnya pengetahuan umum tentang sejarah India, agama-agama di India, dan bahasa Sanskerta juga memainkan peran penting. Hasil penelitian menunjukan bahwa pentingnya kebermaknaan Pali sebagai bahasa liturgi dalam Theravada menunjukkan loyalitas yang kuat terhadap agama, serta menjaga warisan tradisional tanpa perubahan signifikan. Namun, keistimewaan ini hanya diakui oleh komunitas Theravada sendiri. Secara linguistik, Pali adalah varian Prakrit dengan kosakata dan tata bahasa tersendiri, umumnya berasal dari dialek Magadhi. Di sisi lain, bahasa Sanskerta, yang merupakan bentuk Prakrit yang disempurnakan, digunakan untuk Veda dan elit masyarakat India pada zaman itu. Kesimpulannya, pemahaman yang berbeda tentang bahasa Pali muncul karena kurangnya penelitian ilmiah yang terfokus pada bahasa tersebut. Ini mengilhami kontroversi di antara peneliti bahasa dan umat Buddha, yang terus menjadi fokus penelitian untuk memahami lebih baik sejarah dan peran bahasa ini dalam konteks Buddhis