Ekplorasi Konseptual dan Praktik Pemberian Murni dalam Agama Buddha Sebuah Studi Interpretatif Berdasarkan Ajaran Sutta Pitaka
Abstract
Banyak umat Buddha yang salah memahami konsep memberi sehingga tidak mempraktikkannya dengan benar dan malah menggunakan uang mereka untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Pemahaman yang keliru terhadap konsep memberi dapat mengarah pada pandangan yang salah mengenai ajaran Buddha lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar dan tepat mengenai konsep pemberian yang murni dalam agama Buddha berdasarkan Sutta Pitaka, sehingga masyarakat dapat memahami konsep memberi yang benar dan terdorong untuk berdonasi dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dengan sumber data yang terdiri dari Sutta Pitaka, jurnal Buddha, buku, dan artikel yang berkaitan dengan teori memberi. Definisi dana disajikan untuk membantu memahami peran praktik memberi yang merupakan dasar dan benih pertumbuhan spiritual. Berbagai jenis dana dibahas untuk memperjelas pilihan dana yang tersedia, yaitu pemberian materi (Amisa-dana), pemberian Dhamma (Dhamma-dana), pemberian yang tidak tahan lama (Athavara-dana), pemberian yang tahan lama (Thavara-dana), pemberian berupa tenaga (Paricaya-dana), dan pemberian rasa aman (Abhaya-dana). Pelaksanaan dana yang ideal dilakukan dengan memberikan dana tepat pada waktunya dan bisa ditujukan kepada siapa pun, baik itu orang tua, sangha, orang-orang yang membutuhkan, bahkan sanak keluarga yang telah meninggal. Dana dapat bersifat murni bagi penerima, murni bagi pemberi, tidak murni bagi pemberi maupun penerima, atau murni bagi keduanya. Praktik berdana merupakan langkah awal dalam melakukan perbuatan jasa (Punna kirya vatthu), sehingga umat perumah tangga (gharavasa) dapat memulai perbuatan baik dengan melakukan praktik dana. Manfaat berdana tidak hanya mencakup kesejahteraan duniawi tetapi juga pertumbuhan spiritual.