Theoretical Framework Pemikiran Mulla Sadra dan Aktualisasinya dalam Pendidikan Islam

Abstract

Hubungan ilmu (sains) dan agama, baik dalam ranah ontologis, epistemologis maupun aksiologis selalu menyisakan persoalan yang tidak pernah selesai dibicarakan. Ilmu pengetahuan dewasa ini mengalami dikotomisasi akibat gerakan sekularisasi barat sehingga ada pemisahan antara ilmu umum dan ilmu agama. Ilmu umum diidentikkan dengan ilmu yang sumber pengambilannya dari alam semesta, sedangkan ilmu agama yang bersumber dari wahyu, padahal semua itu berasal dari sumber yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa karena wahyu dan alam semesta semuanya adalah ayat-ayat Allah, maka kalau melihat perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam tidak dijumpai adanya dikotomi antara ilmu keagamaan dan ilmu non keagamaan Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik studi pustaka. Studi Pustaka merupakan teknik pengumpulan data  dengan cara mencari dan mempelajari berbagai data, artikel, arsip dokumen, dan buku-buku literatur serta penelitian terdahulu yang dianggap relevan. Dalam penelitian ini,  Studi Kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan pustaka yang didapat dari berbagai literatur seperti buku, jurnal ilmiah, penelitian terdahulu, berita di media. Kesatuan ilmu dan agama berada pada tingkat dunia Inteleksi yang merupakan kebenaran Absolut. Pada tingkatan ini ilmu dan agama berada dalam kesatuan eksistensial, karena keduanya berada di dalam dan menjadi bagian dari Tuhan. Dengan demikian, pada hakikatnya dalam konteks kesatuan Wujūd , tidak ada dikotomi antara ilmu Tuhan dan ilmu ciptaan manusia, karena dikotomi itu akan mengandaikan bahwa ada ilmu ciptaan manusia yang seakan-akan berada di luar ilmu Tuhan. Adanya pembedaan ilmu naqliyah (berasal dari wahyu) dan aqliyah (berasal dari akal) tidak menunjukkan bahwa ilmu naqliyah adalah ilmu Tuhan sedangkan aqliyah adalah ilmu manusia. Namun konsep naqliyah dan aqliyah adalah konsep epistemologis cara bagaimana manusia menemukan kebenaran. Adapun ilmunya sendiri yang berupa ayat qauliyah dan ayat kauniyah, keduanya merupakan ilmu Allah. Manusia tidak memiliki ilmu tetapi menguasai ilmu (karena Allah berkuasa untuk mencabut ilmu yang dikuasai manusia). Demikia pula, tepat untuk dikatakan bahwa manusia bukan pencipta ilmu namun penemu ilmu.