Fenomena Pasca-Kebenaran: Belajar dari Sejarah, Menyongsong Tahun Politik 2024

Abstract

This writing aims to dissect several aspects of the Post-Truth phenomenon in general, including its definition, the reasons behind its emergence, its elements or characteristics, as well as its impacts. To make it easier to comprehend, real-life examples will be provided, both in the political and mass media spheres, which happened both internationally and within Indonesia. In this research, we use qualitative method through literature and internet review. Learning from history, the Post-Truth phenomenon is rampant during political campaigns leading up to elections. Therefore, as the year 2024 approaches, a significant political year in Indonesia, efforts need to be made to anticipate the negative impacts of Post-Truth. These negative consequences can foster distrust in society, provide opportunities for irresponsible individuals to take advantage, and potentially threaten the stability, security, and unity of the nation. To address this issue, all parties and authorities involved must collaborate and employ a multidimensional approach called the "Four-IS Solution," which includes efforts in philosophical, sociological, technological, and aesthetic education.AbstrakTulisan ini hendak menguraikan pelbagai aspek fenomena Pasca-Kebenaran secara umum, antara lain pengertian, penyebab kemunculannya, unsur atau ciri-cirinya, serta dampak-dampaknya. Agar lebih mudah dipahami, akan disediakan pula beberapa contoh nyatanya dalam bidang politik dan media massa, baik yang terjadi di dunia internasional maupun di Indonesia. Metode yang digunakan adalah kualitatif, melalui studi pustaka dan internet. Belajar dari sejarah, fenomena Pasca-Kebenaran marak terjadi dalam masa kampanye politik menjelang pemilihan umum. Maka, menjelang tahun 2024 yang merupakan tahun politik di Indonesia, perlu diupayakan bagaimana supaya dampak negatif Pasca-Kebenaran dapat diantisipasi. Pasalnya dampak negatif tersebut dapat menimbulkan rasa tidak percaya masyarakat kepada siapa saja, memberi peluang pada oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk mengambil keuntungan, hingga berpotensi mengancam stabilitas, keamanan, dan keutuhan bangsa. Untuk mengatasi persoalan ini, semua pihak dan otoritas yang berwenang harus bekerja sama melakukan pendekatan multidimensional bernama “Solusi Empat-IS” yang meliputi upaya-upaya edukasi-filosofis, sosiologis, teknologis, dan estetis.