Eksegese Matius 26: 26-29 dan Kaitannya dengan Cinta Kasih Pastoral Seorang Imam
Abstract
Gereja Katolik meyakini bahwa melalui pelayanan imamat para imam, Kristus sendiri hadir dan bertindak dalam Gereja mempersatukan kaum beriman dengan pengorbanan diri-Nya. Tugas pelayanan para imam tidak memiliki tujuan lain kecuali mengabdi kepada imamat Kristus dan kaum beriman. Andreas B. Atawolo berpendapat, seperti halnya Yesus sang Imam Besar mau solider secara sempurna dengan manusia dengan menjadikan diri saudara bahkan rela mati di kayu salib bagi manusia, maka demikian pula halnya dengan hidup seorang imam dipanggil secara istimewa untuk mempersatukan dirinya dengan pengorbanan Kristus dengan mencontoh solidaritas Kristus. Pengorbanan Kristus yang utuh ditampilkan penginjil Matius dalam kisah institusinya (Mat. 26:26-29). Tulisan ini berusaha memahami makna dan merefleksikan kisah ini dalam konteks cinta kasih pastoral seorang imam. Penyerahan diri Yesus yang terungkap dalam Mat 26:26-29 kiranya dapat menjadi spiritualitas rohani di balik cinta kasih pastoral sebagai seorang imam. Penyerahan diri seorang imam nampak dalam kerelaannya memikul salib panggilannya dalam hidup sehari-hari. Rela berkorban waktu, tenaga, dan materi di tengah aneka kesulitan pastoral demi keselamatan jiwa umatnya kiranya menjadi ungkapan nyata penyerahan diri seorang yang datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani.