Menjadi Gereja Kaum Miskin Suatu Refleksi Teologi dan Dialog Antara Gereja dan Kaum Miskin dalam Konteks Kemiskinan di Indonesia

Abstract

Fokus penelitian ini mengkaji Gereja Kaum Miskin. Topik kajiannya berkaitan dengan perjumpaan dan dialog antara gereja dan masyarakat miskin dalam konteks kemiskinan di Indonesia. Di tengah situasi kemiskinan seperti yang terjadi di Indonesia, gereja diajak untuk memenuhi panggilannya. Dalam situasi seperti ini, jelas bahwa gereja tidak bisa hanya menjadi donor atau organisasi Sinterklas. Artinya untuk mewujudkan panggilannya kepada masyarakat miskin, gereja harus berani menjadi “Gereja Orang Miskin”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pembacaan kritis terhadap teks, yaitu: (1) Dokumen Konsili Vatikan II; (2) dokumen FABC (Federasi Konferensi Waligereja Asia); (3) Buku tentang Gereja Kaum Miskin; (4) Artikel ilmiah tentang Gereja Kaum Miskin. Temuan dalam penelitian ini adalah bahwa yang dimaksud dengan “gereja kaum miskin” di sini adalah gereja yang tidak hanya memperjuangkan kaum miskin namun lebih dari itu, gereja yang mau memihak dan berjuang bersama mereka. Gereja juga harus berani bersikap terbuka, mau menerima masyarakat miskin apa adanya, dan menghilangkan garis pemisah antara dirinya dengan masyarakat miskin sehingga dapat terjadi dialog antar keduanya. Dialog antara gereja dan masyarakat miskin di sini adalah dialog kehidupan. Dialog kehidupan berarti dialog yang didasarkan pada penerimaan terhadap kaum miskin apa adanya dan menjadikan permasalahan serta perjuangan mereka untuk mencapai kemanusiaan yang sejati sebagai permasalahan dan perjuangan gereja juga.