AGAMA EKOLOGIS DAN WACANA NON-HUMAN TURN

Abstract

Artikel ini membahas perbedaan antara wacana posthuman dan wacana nonhuman dalam konteks agama ekologis. Berbeda dengan wacana posthuman yang memiliki elemen teleologis, wacana nonhuman menekankan bahwa manusia berinteraksi dengan entitas nonhuman tanpa mencari transformasi manusia menjadi non-manusia. Artikel ini mengusulkan bahwa penting untuk memahami hubungan manusia dengan alam sebagai nonhuman agency, bukan sekadar sebagai entitas nonhuman. Hal ini bertujuan untuk merekonstruksi basis ontologis wacana agama ekologis agar tidak terperangkap dalam paradigma antroposentrisme. Penelitian ini mengadopsi kerangka pikir Actor-network Theory dan Political of Things yang dikembangkan oleh Bruno Latour untuk memandang hubungan antara manusia dan alam dalam konteks yang lebih luas dan tidak teleologis. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan filsafat dan literature review. Kedua pendekatan ini digunakan untuk menemukan fondasi filosofis perihal wacana agama ekologis dan korelasinya dengan Non-human Turn. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa di level epistemik, subjektivitas manusia krusial dalam penentuan sikap terhadap realitas yang dikonsepsikan. Namun, di level ontologis, ada ruang sisa yang tak terjamah oleh pikiran dan kesadaran manusia yang mengimplikasikan adanya penundaan/ penangguhan moral judgement sehingga tidak bersifat final. Terutama, di dalam konsensus moral, aktor yang terlibat juga mencakup entitas non-human. Konsekuensinya, pemahaman tentang ideal sikap terhadap alam semestinya menggunakan pendekatan fenomenologis yang berfokus pada konsekuensi objektivikasi subjek terhadap dunia di luar dirinya.