BAHASA DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA (TEORI BREAK DAN LINGUISTIK FORENSIK)

Abstract

Bahasa dan Kebijakan Pembangunan Kelapa Sawit Di Indonesia, menggunakan teori BREAK dan kajian analisis kebijakan berdimensi linguistik forensik dalam pemecahan masalah bahasa dan kebijakan pembangunan kelapa sawit tersebut. BREAK adalah akronim dari Basis Wacana, Relasi Wacana, Ekuilibrum Wacana, Aktualisasi Wacana, dan Keberlanjutan Wacana. Teori BREAK adalah teori yang diciptakan oleh Sawirman atas kegagalan dialektika Kant(ian), Hegelian, dan Marx(ian) dalam memetakan tipologi pergerakan dan struktur perubahan realitas dan wacana secara akomodatif. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena linguistik seiring dengan melihat pergerakan esensi dan spirit wacana. Analisis kebijakan berdimensi linguistik forensik membutuhkan pengetahuan dan pemahaman berbagai multidisiplin ilmu. Relasi bahasa, hukum, dan strategi politik merupakan variabel utama dalam kajian analisis kebijakan berdimensi linguistik forensik. Hasil dari penelitian ini, esensi wacana primer adalah perencanaan mengenai pembangunan kelapa sawit agar lebih baik kedepannya. Esensi wacana sekunder adalah berita mengenai konflik pembangunan kelapa sawit yang tidak berjalan dengan baik. Spirit dari wacana primer adalah membuat perubahan yang lebih baik, sedangkan spirit dari wacana sekunder adalah informasi yang menunjukan kebijakan yang telah dikeluarkan tidak berjalan dengan baik di lapangan. Selanjutnya, pada analisis kebijakan berdimensi linguistik forensik, terjadi penyusupan atau tindak pelaku kejahatan dalam pembuatan dan penetapan kebijakan pembangunan kelapa sawit. Sehingga, pada prakteknya di lapangan, pembangunan kelapa sawit banyak terjadi konflik. Kata kunci: wacana, kebijakan, esensi, spirit, BREAK, linguistik forensik