Metodelogi Tadabbur Kata dan Ayat Al-Qur’an

Abstract

Tujuan dari tadabbur bukan hanya menemukan hal yang baru akan tetapi bagaimana makna dan petunjuk ayat Al-Qur’an tersebut benar-benar berpengaruh dan mampu merubah diri mutadabbir (orang yang bertadabbur). Dari itu mengamalkan isi Al-Qur'an adalah bentuk dari tsamroh (buah) tadabbur Al-Qur’an, dan jika seseorang belum bisa mengamalkan isi Al-Qur’an berarti ia belum tergolong orang yang mentadabburi Al-Qur'an dengan baik. Dari itu pekerjaan tadabbur ini adalah satu-satunya yang tidak bisa dimasuki oleh orientalis dan para peneliti-peniliti Al-Qur’an dari Barat dan lainnya. Selain kefokusan dan pemahaman yang baik, alat yang paling terpenting dalam tadabbur adalah kebersihan hati dan kesiapan seseorang saat tadabbur. Dari itu setiap manusia berbeda-beda dalam hal tadabbur dan hasil yang didapatkan dari tadabbur. Maka keberhasilan suatu tadabbur sangat tergantung dari cara (metode) dan latar belakang seseorang mutadabbir dan pernyataan ini sesuai dengan yang dikatakan Ibnul Qoyyim, Ibnu Katsir dan lainnya. Dengan metode kualitatif dalam penelitian ini, peneliti kemudian berpandangan bahwa metode tadabbur ada dua: Metode Qiroatiy dan metode sama`iy. Masing-masing kita memilih metode mana yang tepat untuk kita saat itu, karena itulah yang paling utama baginya dalam mentadabburi Al-Qur’an. Hati yang gelap dan pengetahuan yang dangkal serta niat yang salah, menjadi permasalahan besar dalam tadabbur Al-Qur’an. Bahkan bila dipaksakan, akan menghasilkan tadabbur yang salah dan menyesatkan.