Diskursus Seputar Tafsir bi al-Ma’thur
Abstract
This research shows that interpreting of Qur’an using the transmitted interpretation (tafsir bi al-ma'thu>r ) is the interpretation of the al-Qur'an which has the highest value because it is based on naqli and not on the personal thoughts of the mufassir. However, there are also some figures who reject tafsir bi al-ma'thu>r as the best interpretation, and consider tafsir bi al-ma'thu>r to be a barrier to the meaning of al-Qur'an and not relevant to be applied in this era. Judging from its development, tafsir bi al-ma'thu>r did experience a setback and did not develop as logic based interpretation (tafsir bi al-ra’yi) especially in Indonesia. However, with the coming of new ways of interpreting the Qur’an, the transmission based interpretation should not be neglected nor forgotten, this kind of interpretation should be noticed and considered, to prevent the interpretation of Qur’an which depends only on logic. In this research, the writer presents the discourse about tafsir bi al-ma'thu>r, including the problems of tafsir bi al-ma'thu>r among the scholars, as well as the development of this interpretation in Indonesia from the classical period to the modern period. The approach used is a socio-historical approach, with descriptive-analysis research. Penelitian ini menunjukkan bahwa tafsir bi al-ma’thu>r adalah penafsiran Al-Qur’an yang paling tinggi nilainya karena berdasarkan naqli dan tidak pada pemikiran pribadi mufassir. Akan tetapi ada juga beberapa tokoh yang menolak tafsir bi al-ma’thu>r sebagai tafsir terbaik, serta menganggap tafsir bi al-ma’thu>r menjadi penghalang pemaknaan Al-Qur’an dan tidak sesuai dengan semangat zaman sekarang. Dilihat dari perkembangannya, tafsir bi al-ma’thu>r memang mengalami kemunduran dan tidak berkembang sebagaimana tafsir bi al-ra’yi (tafsir pemikiran) khususnya di Indonesia. Namun demikian, dengan hadirnya metode penafsiran baru, bukan berarti tafsir bi al-ma’thu>r ditinggalkan dan diabaikan, tapi mesti dipertimbangkan agar penafsiran Al-Qur’an tidak bersandar pada pemikiran semata. Dalam penelitian ini penulis menyajikan diskursus seputar tafsir bi al-ma’thu>r, termasuk problematika tafsir bi al-ma’thu>r di kalangan ulama, serta perkembangan tafsir tersebut di Indonesia dari periode klasik hingga periode modern . Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosio historis, dengan penelitian deskriptif-analisis.